Sapta Timira
Disusun oleh
Luh Putu Krisna Yanti
Npm : 23215875
1EB11
Pendidikan Agama Hindu
KATA PENGANTAR
Om
Swastyastu,
Puji
syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas Asung
Kerta Wara Nugraha- Nyalah, tugas makalah yang berjudul “Sapta Timira”
selesai tepat pada waktunya.
Saya
menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi keseempurnaan tugas
ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama,sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga
hasil Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
………………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….
2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sapta Timira
………………………………
3
2.2 Bagian-bagian Sapta Timira
……………………………………… 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 8
3.2 Saran ………………………………………………………………
8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di zaman serba modern ini, penggunaan teknologi sudah sangat
biasa di kalangan masyarakat. Tetapi disisi lain, banyak rakyat masih berada
dalam hidup yang dapat di katakan tidak layak. Seperti di kota besar, banyak
sekali pengemis, gelandangan, copet, dan lainnya. Mereka melakukan hal tersebut
semata-mata hanya untuk mengisi perut atau terpaksa untuk menghidupi keluarga
dan buah hatinya, tetapi ada pula yang melakukannya dikarenakan malas dan tak
mau bekerja.
Marilah kita sebagai umat Hindu, meningkatkan pengendalian
diri, menjauhi segala hal negatif dan merusak moral kita. Kita diwajibkan
selalu berlandaskan ajaran Tri Kaya Parisudha, selalu berbhakti kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, niscaya kita akan terbebas dari Tujuh Kegelapan alam maya
ini yaitu Sapta Timira.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa itu sapta timira ?
b.
Apa saja yang termasuk sapta timira?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adaalah, supaya siapa pun yang
membaca makalah ini dapat mengerti bagaimana sebagai umat Hindu, kita harus
dapat mengetahui prilaku-prilaku yang termasuk sapta timira dan mengetahui
dampaknya.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Sapta Timira
Kata Sapta
Timira Berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “Sapta” yang berarti tujuh, dan
kata “Timira” yang berarti gelap, suram, awidya. Jadi Sapta
Timira berarti “tujuh kegelapan”. Yang dimaksud tujuh kegelapan adalah
tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran orang menjadi
gelap/mabuk.
2.2 Bagian - bagian Sapta Timira
Berdasarkan kitab kekawin Niti Sastra, disebutkan 7 macam
unsur yang dapat menyebabkan orang menjadi mabuk (Awidya). Ketujuh unsur
tersebut disebut Sapta Timira. Berikut adalah bagian-bagian dari Sapta Timira:
1. Surupa
2. Dhana
3. Guna
4. Kulina
5. Yohana
6. Sura
1. Surupa
Surupa artinya kecantikan atau ketampanan , kecantikan
atau ketampanan dibawa semenjak kita lahir dan merupakan anugrah Hyang Widhi
Wasa. Bagi yang mendapat anugrah wajah cantik dan tampan harus bersyukur atas
anugrah tersebut. Namun, tidak semestinya takabur, apalagi dimanfaat untuk
kepentingan Adharma. Surupa atau kemabukan (lupa daratan)
karena wajah atau rupa yang tampan, ganteng atau cantik. Kegantengan atau
kecantikan seseorang kadang kala menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh,
sombong dan tinggi hati. Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi
dengan perilaku yang baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik,
hendaknya dapat mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku
yang tidak baik.
Kita
tidak boleh sombong bila memiliki wajah tampan atau cantik karena semua itu adalah
anugrah Sang Hyang Widhi. Kecantikan dan ketampanan itu hendaknya disertai
dengan perilaku yang baik. Kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, dia hanya
bersifat sementara. Bila kita sudah tua hilanglah semua itu yang tinggal hanya
badan yang renta, wajah keriput, tidak memiliki lagi kecantikan /ketampanan,
tinggal menunggu kapan waktunya kita berpulang (meninggal) dan akan terlupakan.
Seseorang yang berprilaku baik akan dikenang sepanjang
jaman. Seperti Dewi Sita yang kecantikannya sulit disamai, tetapi karena
prilakunya baik, jujur dan setia kepada suaminya Sang Rama maka hingga kini
beliau dikenang sebagai tokoh yang berbudi luhur. Walaupun sekian lama berada
di puri Alengka, dewi Sita tetap mempertahankan kesuciannya untuk tidak dijamah
oleh Sang Rahwana. Tidak pernah kecantikannya itu dipergunakan untuk menggoda
laki-laki. Tetapi Dewi Sita tetap teguh iman, berbudi luhur dan sangat taat
terhadap kewajibannya sebagai istri Sang Rama.
Demikian pula dengan kita bila memiliki rupa yang
cantik/tampan kita harus tetap berbudi luhur, agar kita tidak terjerumus
kehal-hal yang menyimpang dari dharma. Bila rupa yang cantik/tampan tidak
disertai prilaku yang baik sehingga dia menjadi sombong dan angkuh merasa diri
paling cantik/tampan, orang lain diremehkan dan direndahkan. Inilah yang
disebut mabuk surupa.
2. Dhana
Dhana berarti memiliki kekayaan. Kekayaan sungguh banyak
gunanya . Untuk itu, semua orang berhak memperoleh kekayaan, menyiapkan
ketrampilan, disiplin, dan rajin sembahyang merupakan salah satu untuk
memperolehnya. Dhana atau kemabukan (lupa daratan)
karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Banyaknya harta benda yang
dimiliki sering kali menyebabkan seseorang menjadi lupa diri, menepuk dada,
angkuh dan sombong dan tidak ingat dengan teman-temannya. Pada hal kepemilikan
harta benda seyogyanya dibarengi dengan dharma, perilaku yang baik sesuai
dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda
seyogyanya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan
harta bendanya.
Orang
tua kita bekerja keras tidak kenal lelah, bekerja untuk mendapatkan uang agar
kebutuhan keluarga bisa terpenuhi berbagai cara ditempuh oleh orang-orang untuk
mendapatkan uang. Ada dengan berdagang, ada dengan bekerja menjadi buruh,
menjadi pegawai, menjadi sopir dll. Bagaimana dengan orang yang mendapat uang
dari hasil merampok, mencuri, korupsi atau menipu?
Dalam
agama Hindu diajarkan bahwa harta benda itu hendaknya dicari dengan jalan yang
benar berdasarkan dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma.
Harta yang diperoleh dengan cara yang menyimpang dari dharma dan cara
penggunaannyapun menyimpang dari dharma, misalnya berfoya-foya menghamburkan
uang, menggunakan harta bendanya hanya untuk kepentingan sendiri. Orang yang
demikian menganggap harta benda yang diperolehnya adalah miliknya sendiri.
Orang yang seperti inilah yang disebut mabuk karena harta (dhana).
Dalam
agama Hindu juga diajarkan mengenai penggunaan harta benda itu dengan dharma,
yakni: harta benda yang kita miliki hendaknya dibagi tiga. Sepertiga bagian
adalah untuk beryadnya, sepertiga bagian adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan sepertiganya lagi untuk disimpan dan dikelola untuk persiapan hidup masa
depan. Demikianlah dhana itu agar dicari dengan cara dharma dan untuk memenuhi
kebutuhan hidup berdasarkan dharma pula.
3. Guna
Guna artinya kepandaian. Kepandaian
bagaikan pisau bermata dua, jika berada pada yang baik mental dan moralnya akan
menjadi suatu yang amat berguna, dan jika berada pada orang yang bermoral brobok
maka hancurlah dunia dan segala isinya. Guna
atau kemabukan (lupa daratan) karena mempunyai kepintaran atau kepandaian.
Orang yang pintar juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu
apa-apa. Orang seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat.
Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan perbuatan yang baik,
disertai dengan budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan,
dipergunakan untuk maksud-maksud yang baik, sehingga dapat membantu masyarakat
yang kurang mempunyai pengetahuan.
Pernahkah
kamu menonton tari legong atau sendratari? Tariannya begitu indah bukan?
Keindahan tarian itu disebabkan oleh kepintaran penarinya menarikan tarian itu.
Pernahkah kamu pergi ke musium lukisan? Disana akan kamu lihat lukisan yang
sangat indah dan bagus, harganyapun sangat mahal dan tergantung dari bagus
tidaknya lukisan itu. Lukisan itu bagus karena pelukisnya pandai melukis.
Seorang
penyanyi akan mendapat bayaran mahal bila dia bisa bernyanyi dengan baik. Seorang
penyanyi bisa bernyanyi dengan baik karena mereka belajar. Kepandaian itu
sangat penting dan berguna bagi kita. Kepandaian itu dapat mempermudah hidup
kita. Kepandaian menari, menyanyi, melukis dapat mendatangkan uang dan
mempermudah hidup kita.
Bagaimana
dengan orang yang menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang tidak baik?
Misalnya orang pintar merakit bom, setelah bomnya jadi digunakan untuk ngebom
suatu tempat yang menyebabkan rakyat resah dan menimbulkan banyak korban. Orang
yang pandai membuat senjata dan senjatanya itu digunakan untuk merampok. Orang
seperti inilah yang disebut mabuk karena kepandaian.
Dalam
ajaran agama Hindu diajarkan agar kepandaian itu untuk digunakan untuk
kepentingan bersama, untuk memajukan bangsa, untuk mengharumkan nama bangsa.
Bukan sebaliknya kepandaian yang di miliki untuk menghancurkan bangsa dan
untuk menyengsarakan orang lain.
Demikianlah
bahwa kepandaian itu sangat penting dalam kehidupan kita. Hendaknya kepandaian
itu digunakan untuk hal-hal yang baik berdasarkan dharma.
4. Kulina
Kulina berarti keturunan. Keturunan di dalam beberapa
masyarakat dunia memegang peranan penting, karena dari keturunan ia akan
dikenal siapa sebenarnya dia itu. Orang dari keturunan keluarga terhormat,
seperti putra raja, artis, orang-orang berjasa, berbudi baik dll. Karena banyak
cucunya, sampai anak cucunya menerima pengahargaan itu. Kulina atau kemabukan (lupa daratan) karena keturunan.
Factor keturunan juga sering mengakibatkan orang lupa diri. Seorang keturunan
bangsawan, keturunan raja, kadang kala juga menganggap remeh orang lain yang
tidak seketurunan. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi orang tersebut.
Keturunan orang-orang terkenal, berpangkat atau bangsawan, sebaiknya mempunyai
perilaku yang baik, berbudi luhur sejalan dengan ajaran agama. Mereka
seharusnya dapat menjadi panutan dapat memberikan contoh yang baik terhadap
masyarakat sekitarnya.
Keturunan
menentukan asal usul seseorang. Seseorang yang berasal dari keturunan yang baik
akan dihormati oleh orang. Keturunan dapat menjadi kebanggaan seseorang, akan
tetapi kebanggaan yang berlebihan akan asal-usul keturunan menyebabkan kita
menjadi sombong dan angkuh. Orang yang merasa diri keturunan bangsawan atau
dari keturunan pejabat merasa lebih tinggi derajadnya dari orang lain. Mereka
menganggap orang rendah dari dirinya, sehingga dia memperlakukan orang dengan
seenaknya saja.
Orang
seperti inilah yang disebut mabuk karena keturunan (kulina). Orang seperti ini
akan dijauhi oleh teman-temannya. Seseorang yang berasal dari keturunan baik
disertai dengan prilaku yang baik akan dihormati oleh orang lain. Demikianlah
keturunan / kebangsawanan bukan jaminan bagi kita untuk dihargai dan dihormati
oleh orang lain. Tetapi yang terpenting adalah perilaku kita. Darimanapun asal
keturunan kita bila perilaku kita baik sesuai dengan dharma, orang yang
demikian akan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
5. Yohana
Yohana artinya masa remaja/muda. Masa ini penuh gejolak,
kreativitas, kekuatan, kecerdasan, dan keindahan yang sangat hebat. Yohana atau kemabukan (lupa daratan) karena masa remaja atau
masa muda. Anak muda remaja karena kurang pendidikan dan pengalaman, sering
kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali sok jagoan dan suka
berkelahi. Sebaikanya semasa masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan
agama yang memadai, diberi pelajaran mengenai etika, bagaimana harus
berperilaku di dalam masyarakat, sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain,
supaya mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang
berguna bagi masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama
Masa
remaja adalah masa yang paling indah. Orang remaja hidupnya senang, tenaganya
kuat, pikirannya tajam dan jiwanya labil, mudah terpengaruh. Bila imannya tidak
kuat mereka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dan akan merugikan
dirinya sendiri. Coba kamu perhatikan remaja pengguna narkoba, peminum minuman
keras, suka kebut-kebutan, suka berantem, suka bolos sekolah.
Bagaimana masa depan mereka? Tentu
suram bukan?
Orang
seperti inilah yang disebut mabuk kayowanan. Mereka tidak bisa menggunakan masa
remajanya dengan baik bahkan mereka terjerumus pada hal-hal yang buruk. Apakah
yang perlu kamu lakukan agar masa mudamu bermanfaat? Seorang remaja hendaknya
memanfaatkan keremajaannya untuk melakukan hal-hal yang baik atau hal-hal yang
bersifat positif. Misalnya: belajar dengan tekun, taat beribadah, mengisi diri
dengan kegiatan-kegiatan positif seperti: olahraga, berorganisasi, belajar
ketrampilan dll yang bermanfaat.
Bila
semua itu kamu lakukan maka tentu masa depanmu cerah dan kamu akan dapat
menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang petinju yang baik dan
kuat dapat mengharumkan nama daerah atau nama bangsa karena mereka berhasil
menang dalam pertandingan. Seorang ilmuwan akan berguna untuk memajukan
perekonomian bangsanya dengan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan
ketrampilan yang dimiliki. Misalnya: Pak Oles, beliau memiliki ketrampilan
bidang tanaman dan obat-obatan tradisional, melalui obat bokasinya beliau
mengharumkan nama Bali.
Jadi
masa remaja itu hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan
hal-hal yang positif agar kamu menjadi orang yang berguna dan masa depanmu cerah.
6. Sura
Sura
artinya minuman keras. Dalam upacara Hindu, minuman keras diperuntukan bagi
Bhuta Kala, seperti tuak dan brem. Selain minuman tersebut beredar juga minuman
keras lain, seperti bir, whiskey, brendy dll. Yang berakibab buruk bagi
kesehatan tubuh. Sura atau kemabukan (lupa daratan)
karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. Ia dapat
membuat orang mabuk, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran
agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya menjauhi minuman keras.
Pernahkah kamu melihat orang yang
mabuk karena minum arak? Orang yang mabuk, bicaranya ngawur, pikirannya kacau
dan sering berbuat diluar kontrol. Sering kita dengar atau baca dikoran
pengendara sepeda motor nabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang disebabkan
karena orang itu mabuk.
Arak adalah termasuk minuman keras artinya minuman yang
mengandung alkohol. Bila diminum berlebihan dia akan mempengaruhi sistem saraf
kita dan hal inilah yang menyebabkan mabuk. Karena pengaruh alkohol dalam tubuh
maka pikiran menjadi gelap. Sulit membedakan mana yang baik mana yang buruk,
tubuh menjadi lemas, mata berkunang-kunang. Bila terlalu sering minum minuman keras
maka alkoholnya akan dapat merusak jaringan saraf kita dan orang pemabuk
akhirnya menjadi seperti orang gila. Dia suka bicara sendiri, matanya selalu
merah, cepat marah dan mengamuk.
7. Kasuran
Kasuran artinya berani. Setiap orang perlu mempunyai
keberanian, tanpa keberanian hidup cenderung menderita. Kasuran atau kemabukan (lupa daratan) karena merasa
mempunyai keberanian. Keneranian kadang kala membuat orang lupa diri.
Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat
mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun yang bersangkutan
sendiri. Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan Dharma, oleh
perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama.
Perlukah keberanian itu pada diri kita? Tentu sangat perlu.
Orang penakut adalah orang pengecut. Orang penakut selalu ragu-ragu dalam
bertindak karena takut salah, takut ditertawai, takut dimarahi, takut diejek
dll. Orang penakut hidupnya tidak bisa maju. Keberanian itu perlu kita miliki.
Kita harus berani mengambil resiko dari apa yang kita lakukan kita harus berani
mengeluarkan pendapat, kita harus berani membela kebenaran, kita harus berani
menunjukkan karya kita. Seorang pemberani hidupnya selalu bergairah dan maju.
Bagaimana halnya dengan orang yang berani melawan orang tua,
berani melawan hukum, berani melanggar peraturan lalu-lintas. Keberanian
seperti inilah yang perlu kita hindari. Sebab mabuk karena keberanian akan
menimbulkan hal-hal yang tidak baik, misalnya: terjadi pengrusakan, kerusuhan,
kecelakaan dan lain-lain.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sapta
timira adalah tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran
orang menjadi gelap/mabuk. Dan
bagiannya yaitu Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik, Dana adalah harta
benda, Guna adalah kepandaian, Kulina adalah keturunan dan kebangsawanan,
Yowana adalah keremajaan, Sura adalah minuman keras, dan Kasuran adalah
keberanian.
Yang
mana jika tidak dapat dikendalikan akan memunculkan prilaku-prilaku yang
cenderung mabuk dan berlebihan serta merugikan.
3.2 Saran
Sebagai
umat Hindu kita diwajibkan selalu berbhakti kehadapan Ida Sang Hyang widhi
wasa. Itu dimaksudkan supaya kita selalu mengingat beliau sebagai lambang
dharma yaitu kebenaran, dan selalu ingat untuk melaksanakan dharma atau
kebenaran.
Daftar Pustaka :
http://freebaca88.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar